Sabtu, 18 Agustus 2012

Lebaran Di Rumahku

Tradisi rutin di keluarga saya tiap lebaran:
  1. Malam takbiran selalu di isi dengan kegiatan yang hampir sama setiap tahunnya. Tugas saya merangkai bunga, beres2 ruang tamu, menata toples makanan di meja, dan lainnya. Kalo Ibu, biasanya sibuk berkutat di dapur, bikin ketupat, nyiapin serba serbi sayur dan lauk. Sementara itu, Bapak biasanya jadi amil zakat di masjid, sepulang dari masjid sekitar jam sebelas malam, Bapak langsung mengambil alih urusan masak ketupat. Biasanya sih kami baru tidur sekitar pukul empat pagi. Kalo dedek sih biasanya ikut takbir keliling. Tapi untuk tahun ini, dia takbirannya sama pacarnya.
  2. Berhubung jam empat pagi baru tidur, jadi ketika bangun jam enam untuk mandi dan siap-siap Shalat Ied, kami pasti masih ngantuk dan pasti keburu-buru setiap berangkat ke masjid. Tiap tahun selalu begitu. Hadeeehhh....
  3. Pulang dari masjid, saya langsung berganti kostum sehari-hari, capcus nyapu n ngepel lantai. Ibu biasanya langsung menyiapkan makanan di meja. Lanjut makaaannn...
  4. Kami jarang sungkeman. Entah kenapa.
  5. Siang dikit tetangga mulai berdatangan ke rumah. Agak rame nih.
  6. Setelah agak sepi, kami sekeluarga gantian berkeliling ke rumah tetangga yang lebih tua. Kalo yang lebih muda kan udah dateng duluan ke rumah. Lumayan deh, ga terlalu banyak yang perlu didatengin.
  7. Oh iya, tiap lebaran harus ada kue nastar dan semprit bikinan sendiri. Itu hukumnya wajib. Saya pernah merasa "gak lebaran" hanya karena Ibu ga sempat bikin kue itu. Kayaknya kurang afdol gituuu...
  8. Bunga seger juga, hukumnya wajib ada. Padahal sih, kalo lebaran gini harganya melonjak tinggi, terutama bunga sedap malam. Tapi pokoknya harus beli. Harus. 
 Apa lagi ya... hmm... kayaknya sih gitulah kurang lebihnya. Anyway, saya mau ngucapin "Selamat Idul Fitri 1433H" Minal Aidin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin...



 

Jumat, 10 Agustus 2012

Kisah dari Timur: Bromo dan Mimpi yang Tertunda

Masih seputar acara main-main saya di Pasuruan, hari itu 28 Juni 2012 saya mau di ajak ke Bromo. Yeay! Itu adalah tempat yang paling ingin saya kunjungi di sini. Selama ini cuma bisa penasaran sama cerita2 dari para saudara, katanya Bromo tuh begini, begitu, ada ini, ada itu... dan hari ini saya akan membuktikannya sendiri. Cihuy...

Sama seperti kemarin, hari ini pun saya akan pergi bersama H, E dan T. Hmm... masih ada sedikit perasaan kecewa sih sama E gara-gara kejadian semalam, tapi ya sudahlah. Saya gak ingin menghabiskan waktu yang sempit ini dengan berjengkel2an dengan saudara sendiri.

Awalnya saya ingin melihat sunrise dari View Point Pananjakan Bromo yang konon katanya indaaaaaahhhh bangeeeeetttt... Tapi kata H, kalo mau liat sunrise, ya harus berangkat pukul 2 pagi. Saya sih oke-oke saja *nggaya*. Tapi nyatanya H dan E jam 2 pagi baru saja tidur setelah kelelahan main PS! Huuuuu...

Akhirnya kami berangkat pagi. Jam 7 kami sudah mandi dan sarapan. Rencana berangkat sekitar pukul 8. Saat itulah rencana tiba2 berubah. Keponakan saya, T, gak bisa ikut karena harus mengurus berkas-berkas pendaftaran masuk SMP. Dan tau gak sih, dengan tampang gak berdosa, si E lalu mengajak pacarnya, Hn untuk ikut ke Bromo. Juueedeeeerrr... kebayang gak sih, saya harus bertemu dan bercengkerama dengan orang yang semalam bikin saya badmood akut. Bukan E, tapi Hn itu lho. Dan lagi-lagi mood saya pergi ke Bromo hilang seketika. Tapi H memaksa saya, dia bilang, “udahlah, tenang aja ndut, kan ada aku. Kalo mereka berdua ngilang lagi, aku juga hafal jalan ke sana.” Okelah... saya mengalah. Tapi jujur dari dalam hati, saya bener2 gak pengen bergi bareng Hn.

Kami berangkat pukul 8 dari rumah mas sepupu, kemudian mampir di rumah bude yang notabene adalah nenek dari H,T, dan E di daerah Pasrepan. Sekitar pukul 9 kami memulai perjalanan. Pasangan E dan Hn, yang yah namanya juga pacaran, asik berpegangan mesra... *ngiri*. Perjalanan yang sangat mengasyikkan. Untungnya, saya dibonceng H yang sudah malang melintang di jalanan Bromo. Saya yang ga terlalu suka jalanan menanjak, beberapa kali hanya bisa menahan nafas ketika melewati tanjakan yang lumayan. Semakin ke atas, semakin duingiiinnn. Masalahnya, saya saltum abis. Gara-gara saya jengkel ma Hn, saya jadinya lupa membawa kaos kaki, sarung tangan, dan masker. Hanya bermodal jaket seadanya, saya berkunjung ke Bromo. Alhasil, saya hampir membeku. Tapi semua itu terbayar lunas dengan pemandangan indah yang saya lihat dari Pananjakan. Hmm... saya bisa membayangkan betapa dahsyatnya kalo bisa melihat sunrise di sini. Sayangnya, saya juga lupa membawa kamera, jadi ya ga ada satupun gambar yang bisa saya abadikan. Fufufu... kasian deh lu des!
View Point Penanjakan

Gunung Bromo

Well, kita sempet foto-foto juga si pake kamera canggihnya Hn. Tapi kan ga bebas jeprat jepret juga. (Dan sampe sekarang belum juga di upload n tag di FB. ya sudahlaaahhh... T.T) Setelah dari Pananjakan, kami berencana untuk turun ke lautan pasir, lihat Pura, Bukit Teletubbies, kawah Bromo, dan lain2. Kami turun dari Penanjakan dan mulai melewati jalan berbatu menuju lautan pasir. Belum terlalu jauh, tiba-tiba ban motor H bocor. Akhirnya diputuskan bahwa kami ga jadi turun ke lautan pasir. Sambil menunggu menambal ban, kami menikmati minuman hangat disebuah warung makan. Secara perlahan, kawasan Bromo mulai tertutup kabut. Woooo... saya sangat takjub melihatnya. Subhanaallah...
Pura di tengah Lautan Pasir


Bukit Teletubbies
Bromo berselimut kabut


Beberapa lama kemudian motor sudah selesai ditambal, tapi kami terlalu lelah untuk meneruskan perjalanan ke kawah Bromo. Apalagi katanya Hn mau ke Malang karena ada urusan kampus dan E mau mengantarnya. Ya sudahlah, kami pulang saja... 

Perjalanan pulang ternyata ga semudah yang dibayangkan. Selain hawa dingin yang menusuk tulang, pandangan mata juga terbatas karena tertutup kabut. Gimana kalo berangkat jam 2 pagi ya??? -.-" Fffiiuuuuuuhhh... tapi akhirnya kami sampai di rumah bude dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.

Kesimpulan dari perjalanan kali ini adalah jangan pergi dengan setengah hati, perjalanannya ga akan terasa menyenangkan. Pasti ada aja something wrong-nya. 

Okelah, nanti saya PASTI akan datang lagi. Dengan situasi dan kondisi yang lebih baik lagi. Bromo, sampai ketemu lagi... ^____^

Kamis, 09 Agustus 2012

Kisah dari Timur: Dunia Lain

Cerita ini adalah salah satu kisah yang saya alami sewaktu saya berkunjung ke dua kota di Jawa bagian timur, yaitu Malang dan Pasuruan.

Malang

Salah satu kisah menarik yang saya temui di Malang tentang kerjasama dalam rumah tangga. Singkat cerita, mbak sepupu saya berumur sekitar 34 tahun. Sebut saja mbak R. Semasa lajang, mbak R itu cantik, sopan, lemah lembut, feminin, pintar, pandai bergaul, hmm... pokoknya tipe wanita idaman deh. Beneran! Saya dulu juga sempet ngefans sama dia. Sayangnya saya ga bisa sesempurna dia, hehe... Sebagai wanita yang mendekati sempurna, tentu banyak lelaki yang mengejarnya. Mbak R memang beberapa kali terlihat berganti pacar. Namun semuanya berubah ketika ia mulai menutup aurat dan mendalami Islam. Bahkan yang cukup mengejutkan keluarga, ia mau menikah dengan laki-laki yang bahkan baru dua kali ditemuinya. Bahasa kasarnya, mbak R nih sepertinya sudah tobat malang melintang di dunia percintaan, hehe. Dia menikah tahun 2004 ketika umurnya 26 tahun. Setelah itu dia punya anak dan berubahlah dia menjadi seorang ibu dan istri yang baik. Awalnya hanya itu yang saya tahu. Tapi setelah dua hari saya menginap di rumahnya, saya jadi tahu lebih banyak mengenai kehidupan pribadinya.

Ternyata selama ini dia tidak berjuang sendirian mengurus keluarganya. Ehm, mungkin bagi sebagian orang, hal ini terlihat biasa. Namun bagi saya yang tidak terbiasa melihat hal itu dalam keluarga, maka hal tersebut menjadi begitu mengena di hati. Apaan sih? Simpel, pembagian waktu dan tanggung jawab dalam rumah tangga. Pagi-pagi mbak R sibuk menyiapkan sarapan. Sang suami, mas T mencuci baju kotor. Tak lama kemudian, anak-anak mereka bangun dan kemudian menonton tv (kebetulan sedang libur sekolah). Setelah itu mbak R menyapu dan cuci piring, sementara itu mas T mandi dan bersiap ke kantor. Mbak R memandikan anak-anak, mas T sarapan.  Kemudian ketika mas T berangkat kerja, otomatis semua tanggung jawab pekerjaan rumah ada di tangan mbak R, menyapu, setrika baju, menyuapi anak-anak.  Apalagi, mengurus tiga anak lelaki berumur 8, 5, dan 3 tahun tentu bukanlah hal mudah. Tapi mbak R tetap enjoy menjalani hari-harinya. Menjelang sore, ketika anak-anak main di luar rumah, mbak R mengepel lantai. Iseng saya bertanya, mengapa mengepel sore hari. Jawabnya, “kalo pagi pasti cepat kotor lagi. Lagian kan sebentar lagi mas T pulang. Kasihan kalo pulang kerja, capek, masih harus lihat rumah kotor dan berantakan”. Ooowww.... so sweeeettt... :’)

Sepulang kerja sekitar pukul 5, mas T mandi dan menyempatkan bermain dengan anak-anak sampai maghrib tiba. Kemudian mereka shalat berjamaah dan mengajari anak-anak mengaji. Selanjutnya, anak-anak dibimbing untuk belajar pelajaran di sekolah. Begitu seterusnya. Ini dia konsep rumah tangga yang saya idam-idamkan. Simpel dan seimbang. Disini saya melihat “dunia lain” yang sangat berbeda dengan dunia yang saya lihat selama ini. Urusan hak dan kewajiban tetap saja berbeda antara suami dan istri. Tapi untuk urusan tanggung jawab, semuanya sama.  Saya suka sosok lelaki yang BISA dan MAU membantu pekerjaan wanita. Itulah salah satu alasan mengapa saya suka pacar saya (oops... out of topic nih! Lanjuuuttt... :P ).

Pasuruan

Sebenarnya banyak sekali cerita di kota ini. Tapi, baiklah saya akan memulainya dengan salah satu kisah yang (menurut saya) cukup menarik dan membukakan mata saya. Hari itu, 27 Juni 2012, hari kedua saya di Pasuruan. Pagi hari, saya dan tiga keponakan, E, H, dan T sempat berjalan-jalan di Kebun Raya Pasuruan. Sepulang dari sana sekitar pukul 17.30, kami sempat berencana nanti malam akan makan di alun-alun karena pacarnya E ingin kenal dengan saya. Sekitar pukul 19.00 pacarnya E datang. Namanya Hn. Rencana awal, saya akan berangkat bersama E dan Hn, kemudian baru bertemu dengan H dan T di alun-alun. Tapi rencana tiba-tiba berubah karena Hn INGIN PERGI BERDUA SAJA DENGAN E. Oke, saya mengalah. Tau lah gimana rasanya mau berduaan ma pacar. Akhirnya E menelepon H dan bilang bahwa rencana berubah. Lalu dengan tenangnya E dan Hn berangkat ke alun-alun duluan. Kemudian sekitar pukul 20.00 H datang dan akhirnya saya dan H menyusul ke alun-alun. Saya dan H menunggu di trotoar alun-alun. Beberapa kali saya menelepon E, menanyakan lokasinya, tapi jawabnya selalu berbeda. “Lagi makan”, “lagi beli jajanan”, “sebentar lagi aku kesitu”, dan seterusnya. Sampai akhirnya pukul 21.00 saya menelepon E lagi dan ternyata DIA SUDAH PULANG KE RUMAH KARENA TADI DI JALAN DIA BERTENGKAR DENGAN HN, PACARNYA.

AAAARRRGGGHHHH....

Jujur ya, saya jengkeeeellll banget sama E. Plis deh, ga menghargai perasaan saya banget sih. Sebenernya saya juga capek. Tapi saya terima ajakan E ke alun-alun karena katanya pacarnya, si Hn ingin kenal dengan saya. Lha setelah saya datang ke alun-alun, malah dia pulang cuma karena alasan BERANTEM SAMA PACARNYA!

!@#$%^&*()_+_)(*&^%$#@!!!!!!!!

Saya emosi banget tuh, saya jadi males pulang ke rumah. Males bertemu E. Sakit hati rasanya. Yang jengkelnya lagi, si H cuma ketawa aja. Katanya si E emang sering gitu. H tau persis gimana saya yang tiba-tiba jadi badmood. Akhirnya dia sms teman-temannya, suruh dateng semua ke alun-alun. Satu persatu berdatanganlah teman-temannya ke alun-alun. Sekitar sepuluhan orang. Anehnya, mereka pake kostum yang sama, baju koko, sarung, dan peci! Ya walaupun ada yang pecinya dicopot, sarungnya dikalungin, dll (esoknya baru saya tau kalo mereka semua ternyata anak pondok). Mereka itu, orang-orang gila. Tapi sukses membuat saya terpingkal-pingkal. Kami duduk di trotoar, kemudian H memesan berpiring-piring cilok yang saya bayar 25 ribu kemudian kami makan bersama. Gilaaaa... saya belum pernah seperti ini sebelumnya. Lagi-lagi, saya menemukan “dunia lain”, dunia yang jauh berbeda dengan dunia keseharian saya. Teman-temannya H itu sumpah lucu banget! Berbakat deh jadi pelawak. Sampai akhirnya, H berkata pada saya, “udah malem ndut, masih jengkel gak ma E? Kalo udah gak, pulang yuk”. Saya melirik jam tangan dan, WOW, jam 23.00! Tergolong malam bagi cewek rumahan macam saya. Teman-temannya H pun seketika bubar saat saya dan H menuju motor yang terparkir. Lho? Saya bingung, kemudian saya tanya pada H kenapa mereka juga bubar? H jawab, “mereka kan dateng karena aku suruh menghibur kamu. Abis kamu jadi manyun terus gara-gara jengkel ma E. Lha sekarang bisa senyum lagi kan, hehehe”. WOW... mereka dateng buat menghibur saya, yang bukan siapa-siapa mereka. Bahkan baru saja kenal n ketemu. Hebat. Senangnya punya teman seperti itu. Selalu ada disaat kita butuh, senang ataupun sedih.

Walaupun saya tidak punya teman seperti itu, tapi setidaknya saya sempat mengintip “ sisi lain” dari dunia mereka. Mungkin saya tidak akan cocok juga hidup dalam dunia semacam itu. Tapi saya tahu, bahwa untuk bahagia itu gampang. Buka hati, tersenyum, dan berbagilah dengan orang lain, bertemanlah dengan siapa saja. So simple!

Ki-Ka: T, H, E, dan saya

Saya dan H di Taman Bougenville Kebun Raya Pasuruan