Saya adalah orang Jawa
yang sangat menyukai lagu-lagu Jawa
seperti keroncong, langgam, gendhing jawa, dan juga campur sari. Sengaja saya
tekankan bahwa saya sangat menyukai, karena pada kenyataannya banyak orang Jawa
yang justru lebih menyukai lagu-lagu barat dan memandang rendah musik
tradisional Jawa. Masalah suka atau tidak suka, itu hak asasi setiap manusia
sih. Tapi mbok ya o jangan merendahkan budaya lain juga.
Ya udahlah, back to topic aja.
Banyak banget lagu
campur sari yang saya suka, koleksinya Didi Kempot misalnya Ketaman Asmoro, Sewu Kuto, Layang Kangen,
Tanjung Mas Ninggal Janji, Cidro, Luntur, dan Kalung Emas. Koleksi Nurhana misalnya Mawar Biru dan Lingsir Wengi.
Ada juga soundtrack wajib hajatan
yaitu lagu Nyidam Sari yang
dinyanyikan oleh (Alm.) Manthous. Hmm... kali ini saya akan beropini sedikit
tentang lagu Lingsir Wengi. Sepertinya
ada sesuatu yang harus saya luruskan (emangnya keriting? :P).
Seperti yang banyak
sekali ditulis pada blog-blog lain (yang menurut saya salah kaprah) banyak yang
bilang kalo lagu campur sari yang berjudul Lingsir
Wengi adalah lagu pemanggil kuntilanak. Hah, kok bisa? Yang lebih parah
nih, pernah suatu hari saya menyetel lagu ini (kebetulan malam hari) dan
tiba-tiba teman kos berteriak histeris, “mbak Desti, ngapain sih nyetel lagu
itu? Ntar ada kuntilanak dateng loh.” Ckckckck... saya cuma bisa geleng-geleng
kepala. Coba deh dengerin lagunya dan cermati liriknya:
Lingsir wengi
sepi durung biso nendro
kagodo mring
wewayang kang ngreridu ati
kawitane mung
sembrono njur kulino
ra ngiro yen
bakal nuwuhke tresno
nanging duh
tibane aku dewe kang nemahi
nandang bronto
kadung loro
sambat sambat
sopo
rino wengi sing
tak puji ojo lali
janjine mugo
biso tak ugemi...
(tengah
malam, sunyi dan belum bisa terpejam)
(tergoda
pada bayangan yang dirindukan hati)
(mulanya
hanya bercanda, lama-lama terbiasa)
(tidak
menyangka bisa tumbuh rasa cinta)
(tapi pada
akhirnya aku sendiri yang menanggung)
(merasakan cinta dan terlanjur sakit)
(mau mengeluh sama siapa)
(siang malam yang ku puja janganlah lupa)
(janjinya semoga bisa kupercaya)
Lah to, dari liriknya aja udah kelihatan kalo lagu campur
sari yang berjudul Lingsir Wengi itu
lagu cinta. Syair yang menggambarkan seseorang yang sedang jatuh cinta dan
merindukan kekasihnya. Terus mana lirik yang katanya mantra untuk manggil
kuntilanak? Sebelah mananya coba? Ckckckck...
Mungkin, yang dimaksud mantra pemanggil kuntilanak itu lagu
Lingsir Wengi yang seperti ini:
Lingsir wengi
sliramu tumeking sirno
Ojo tangi
nggonmu guling
Awas ojo ngetoro
Aku lagi bang
wingo wingo
Jin setan kang
tak utusi
Dadiyo sebarang
Wojo lelayu
sebet
(menjelang
malam dirimu mulai sirna)
(jangan
terbangun dari tidurmu)
(awas,
jangan terlihat)
(aku sudang
gelisah)
(jin setan
yang kuperintahkan)
(jadilah
apapun juga)
(namun
jangan membawa maut)
Mungkin juga sih, saya juga ga tau pasti. Tapi yang saya
baca di sini sih, lagu lingsir wengi yang ini
juga bukan mantra pemanggil kuntilanak.
Jadi, kesimpulannya, lagu campur sari yang berjudul Lingsir
Wengi BUKAN lagu pemanggil kuntilanak. Tapi lagu cinta seperti lagu lainnya.
Jadi tolong dong ya, jangan menghakimi begitu. Ya mungkin salah saya juga sih,
nyetel lagunya tengah malam. Jadi terasa mrinding-mrinding gimana gitu. Padahal
saya suka banget lagu ini. Liriknya itu loh... sederhana tapi #makjleb banget. Saking sukanya, potongan lirik lagu ini sering banget saya jadiin status di FB dan Twitter, heehehe. Sekian.