Kamis, 29 November 2012

Tentang Tembang Lingsir Wengi

Saya adalah orang Jawa yang sangat menyukai lagu-lagu Jawa seperti keroncong, langgam, gendhing jawa, dan juga campur sari. Sengaja saya tekankan bahwa saya sangat menyukai, karena pada kenyataannya banyak orang Jawa yang justru lebih menyukai lagu-lagu barat dan memandang rendah musik tradisional Jawa. Masalah suka atau tidak suka, itu hak asasi setiap manusia sih. Tapi mbok ya o jangan merendahkan budaya lain juga. 


Ya udahlah, back to topic aja.

Banyak banget lagu campur sari yang saya suka, koleksinya Didi Kempot misalnya Ketaman Asmoro, Sewu Kuto, Layang Kangen, Tanjung Mas Ninggal Janji, Cidro, Luntur, dan Kalung Emas. Koleksi Nurhana misalnya Mawar Biru dan Lingsir Wengi. Ada juga soundtrack wajib hajatan yaitu lagu Nyidam Sari yang dinyanyikan oleh (Alm.) Manthous. Hmm... kali ini saya akan beropini sedikit tentang lagu Lingsir Wengi. Sepertinya ada sesuatu yang harus saya luruskan (emangnya keriting? :P).

Seperti yang banyak sekali ditulis pada blog-blog lain (yang menurut saya salah kaprah) banyak yang bilang kalo lagu campur sari yang berjudul Lingsir Wengi adalah lagu pemanggil kuntilanak. Hah, kok bisa? Yang lebih parah nih, pernah suatu hari saya menyetel lagu ini (kebetulan malam hari) dan tiba-tiba teman kos berteriak histeris, “mbak Desti, ngapain sih nyetel lagu itu? Ntar ada kuntilanak dateng loh.” Ckckckck... saya cuma bisa geleng-geleng kepala. Coba deh dengerin lagunya dan cermati liriknya:



Lingsir wengi sepi durung biso nendro
kagodo mring wewayang kang ngreridu ati
kawitane mung sembrono njur kulino
ra ngiro yen bakal nuwuhke tresno
nanging duh tibane aku dewe kang nemahi
nandang bronto kadung loro
sambat sambat sopo
rino wengi sing tak puji ojo lali
janjine mugo biso tak ugemi...
            (tengah malam, sunyi dan belum bisa terpejam)
            (tergoda pada bayangan yang dirindukan hati)
            (mulanya hanya bercanda, lama-lama terbiasa)
            (tidak menyangka bisa tumbuh rasa cinta)
            (tapi pada akhirnya aku sendiri yang menanggung)
(merasakan cinta dan terlanjur sakit)
(mau mengeluh sama siapa)
(siang malam yang ku puja janganlah lupa)
(janjinya semoga bisa kupercaya)

Lah to, dari liriknya aja udah kelihatan kalo lagu campur sari yang berjudul Lingsir Wengi itu lagu cinta. Syair yang menggambarkan seseorang yang sedang jatuh cinta dan merindukan kekasihnya. Terus mana lirik yang katanya mantra untuk manggil kuntilanak? Sebelah mananya coba? Ckckckck...

Mungkin, yang dimaksud mantra pemanggil kuntilanak itu lagu Lingsir Wengi yang seperti ini:

Lingsir wengi sliramu tumeking sirno
Ojo tangi nggonmu guling
Awas ojo ngetoro
Aku lagi bang wingo wingo
Jin setan kang tak utusi
Dadiyo sebarang
Wojo lelayu sebet
            (menjelang malam dirimu mulai sirna)
            (jangan terbangun dari tidurmu)
            (awas, jangan terlihat)
            (aku sudang gelisah)
            (jin setan yang kuperintahkan)
            (jadilah apapun juga)
            (namun jangan membawa maut)

Mungkin juga sih, saya juga ga tau pasti. Tapi yang saya baca di sini sih, lagu lingsir wengi yang ini juga bukan mantra pemanggil kuntilanak.

Jadi, kesimpulannya, lagu campur sari yang berjudul Lingsir Wengi BUKAN lagu pemanggil kuntilanak. Tapi lagu cinta seperti lagu lainnya. Jadi tolong dong ya, jangan menghakimi begitu. Ya mungkin salah saya juga sih, nyetel lagunya tengah malam. Jadi terasa mrinding-mrinding gimana gitu. Padahal saya suka banget lagu ini. Liriknya itu loh... sederhana tapi #makjleb banget. Saking sukanya, potongan lirik lagu ini sering banget saya jadiin status di FB dan Twitter, heehehe. Sekian.

Senin, 12 November 2012

Aku Pulang...

Seperti mimpi buruk, semuanya begitu cepat terjadi. Keputusan mendadak tanpa rencana, datang ke kos, mengacak-acak yang biasanya tertata rapi, packing, mobil datang, angkut-angkut, pelukan perpisahan... dan cling! saya sudah ada di rumah dengan setumpuk koleksi barang semasa kuliah yang selama ini tersimpan rapi di sebuah ruangan berukuran 4 X 4 M bernama Kost.

Sangat berat, tapi harus dilalui.
Hingga hari ini, seminggu setelah kejadian itu,
masih terlalu menyakitkan mengingat semuanya...

luka itu belum sembuh.