Selasa, 17 Desember 2013

Dear Karibku,

Dear karibku...

Sungguh... aku turut berbahagia mendengar kabar darimu. Aku hanya merasa tak perlu memperlihatkannya saja. Untuk apa? Bukankah yang kasat mata biasanya hanya pura-pura?

Aku tahu inilah yang kamu impikan sejak lama. Setidaknya sejak kamu mengenal dia. Dan kini perjalananmu akan memasuki babak baru, bukan? Bagaimana perasaanmu saat ini? Tentu sangat bahagia, mungkin tak terlukiskan dengan kata-kata. Aku tahu itu. Aku juga tahu betapa inginnya kamu membaginya denganku. Tapi aku sengaja menghindar. Entahlah... aku merasa lebih berarti ketika aku menjadi sandaranmu saat kamu menangis. Bukan aku tak bahagia melihatmu berbahagia, tapi... bukankah saat kamu bahagia sudah terlampau banyak orang di sekelilingmu? Aku tahu aku punya tempat tersendiri, tapi... aku lebih memilih untuk menjauh pergi.

Jika mungkin kamu bertanya, apa aku sedih? Apa aku merasa kehilanganmu? Jawabanku, Tidak. Sama sekali tidak. Aku tidak merasa kehilanganmu saat ini. Yah... karena aku telah lama kehilanganmu. Sejak beberapa tahun lalu. Semenjak kamu mengenal dia. Tanpa kamu sadari, aku sudah terbiasa sendiri.

Tapi aku sadar, toh pada akhirnya nanti kitapun akan menjalani semuanya sendiri. Tak mungkin bersama selamanya. Jadi sekarang atau nanti, buatku sama saja.

Jadi... selamat berbahagia untukmu. Semua doa terbaik selalu kupanjatkan untukmu. Aku tahu, setelah ini semuanya tak lagi sama. Kamu akan punya bahu yang lebih lebar untuk jadi sandaran lelahmu, tangan yang lebih lembut untuk mengusap air matamu, pelukan yang lebih hangat dan menentramkanmu... tapi kamu tetap karibku pada rentang sejarah waktu... :')

Tidak ada komentar: