Sahabat
sejatiku hilangkah dari ingatanmu, di hari kita saling berbagi...
Sayup-sayup lengkingan suara
Duta menggema di telinga. Lagu ini mengingatkanku pada satu masa, lebih dari
satu dekade yang lalu. Dipertemukan secara tak sengaja karena bersekolah di tempat
yang sama, kelas yang sama. Dari sekian banyak siswa di kelas itu, kenapa kau
yang akhirnya lebih dekat dibandingkan teman yang lain? Entahlah... mungkin
memang takdir...
Dengan
kotak sejuta mimpi aku datang menghampirimu, kuperlihatkan semua hartaku...
Diantara yang lain, kau yang
paling memahamiku. Saat aku terjatuh di titik terendah, kala itu. Saat aku
mencoba bangkit meski tak mudah, tanganmulah yang menguatkanku. Ketika semua
perjuangan berbuah manis, aah.. aku tak kan menjadi nomor satu jika bukan
karenamu, karena genggaman tanganmu dulu.
Kita
slalu berpendapat, kita ini yang terhebat, kesombongan di masa muda yang
indah...
Denganmu, kini aku bisa
mengenang masa SMA ku sebagai masa yang paling indah. Melakukan hal-hal gila
semacam bolos pelajaran ekstra dan malah kabur main pasir di pantai, mungkin
jadi “prestasi” paling membanggakan. Mengadakan pajamas party di rumahmu pas weekend, kenalan sama cowok-cowok dan
akhirnya jalan bareng. Hahaha... hal-hal yang gak mungkin aku alami kalau aku
gak bersahabat denganmu.
Aku
raja kaupun raja, aku hitam kaupun hitam, arti teman lebih dari sekedar
materi...
Beberapa kali kita jatuh cinta
pada orang yang sama. Tapi puncaknya ketika akupun jatuh cinta dan akhirnya
menjalin hubungan sama mantan pacarmu, orang yang paling kau benci saat itu
(dan paling ku benci saat ini!). Aku menutupi hubungan kami darimu. Aku tau itu
salah dan gak mungkin selamanya membohongimu. Tapi aku terjebak di situasi ini.
Dan benar saja, akhirnya kau tahu dari orang lain. Dalam diammu aku tau kau
menyimpan amarah. Meski begitu dengan hati lapang kau hanya berkata, “It’s ok.
Jalanin aja dulu, semoga dia memperlakukanmu dengan baik”. Pada akhir hubungan
kami, aku baru tahu kenapa dulu kamu tak setuju. Kamu benar, dia bukan orang
yang baik. Dan satu penyesalan terberatku adalah, membohongi kamu, sahabatku
terbaikku demi orang yang gak pantas untuk dipertahankan. Maafkan aku.
Pegang
pundakku jangan pernah lepaskan.. bila ku mulai lelah, lelah dan tak bersinar
Sejak saat itu aku berjanji gak
akan menutupi apapun darimu. Kau pun begitu. Meski waktu untuk bertemu tak lagi
sebanyak dulu, tapi aku tau kau selalu ada buatku. Begitupun aku selalu
berusaha ada untukmu. Pada saat-saat terberat dalam hidupku, tumpahan air
mataku jatuh dipelukanmu. Dan pada saat-saat tersulit dalam hidupmu, aku ada di
lini terdepan untuk membantumu melewati itu semua.
Remas
sayapku jangan pernah lepaskan.. bila kuingin terbang, terbang
meninggalkanmu...
Aku tahu waktu tak mungkin
berhenti, seberapapun aku ingin berhenti di detik ini. Detik dimana kita masih
sama-sama lajang, bebas bercerita tentang laki-laki pemikat hati, bebas tertawa dan bercanda mengenang masa
muda. Hari ini, kita merayakan detik-detik masa bebas kita, berdua saja. Perjalanan
Purworejo-Jogja menjadi saksi bisu terkuaknya sebuah rahasia. Sekali lagi,
aku genggam tanganmu saat derai air mata jatuh membasahi pipi. Aku tahu ini bukan
maumu, tapi sebuah anggukan itu tanda bahwa kau setuju. Berbahagialah,
sayang... kau harus banyak-banyak bersyukur karena Allah mengganti apa yang
hilang dengan yang jauh lebih baik. Dan niat baik memang harus disegerakan. Kau
tidak perlu takut, waktu yang akan mengajarimu berproses. Jangan pula khawatir
karena aku takkan pernah pergi, selalu ada dihatimu, mendekapmu kapanpun kau
mau.