Cerita ini adalah salah
satu kisah yang saya alami sewaktu saya berkunjung ke dua kota di Jawa bagian
timur, yaitu Malang dan Pasuruan.
Malang
Salah satu kisah menarik yang saya temui di Malang tentang kerjasama
dalam rumah tangga. Singkat cerita, mbak sepupu saya berumur sekitar 34 tahun.
Sebut saja mbak R. Semasa lajang, mbak R itu cantik, sopan, lemah lembut,
feminin, pintar, pandai bergaul, hmm... pokoknya tipe wanita idaman deh.
Beneran! Saya dulu juga sempet ngefans sama dia. Sayangnya saya ga bisa
sesempurna dia, hehe... Sebagai wanita yang mendekati sempurna, tentu banyak
lelaki yang mengejarnya. Mbak R memang beberapa kali terlihat berganti pacar.
Namun semuanya berubah ketika ia mulai menutup aurat dan mendalami Islam.
Bahkan yang cukup mengejutkan keluarga, ia mau menikah dengan laki-laki yang
bahkan baru dua kali ditemuinya. Bahasa kasarnya, mbak R nih sepertinya sudah
tobat malang melintang di dunia percintaan, hehe. Dia menikah tahun 2004 ketika
umurnya 26 tahun. Setelah itu dia punya anak dan berubahlah dia menjadi seorang
ibu dan istri yang baik. Awalnya hanya itu yang saya tahu. Tapi setelah dua
hari saya menginap di rumahnya, saya jadi tahu lebih banyak mengenai kehidupan
pribadinya.
Ternyata selama ini dia tidak berjuang sendirian mengurus keluarganya.
Ehm, mungkin bagi sebagian orang, hal ini terlihat biasa. Namun bagi saya yang
tidak terbiasa melihat hal itu dalam keluarga, maka hal tersebut menjadi begitu
mengena di hati. Apaan sih? Simpel, pembagian waktu dan tanggung jawab dalam
rumah tangga. Pagi-pagi mbak R sibuk menyiapkan sarapan. Sang suami, mas T
mencuci baju kotor. Tak lama kemudian, anak-anak mereka bangun dan kemudian
menonton tv (kebetulan sedang libur sekolah). Setelah itu mbak R menyapu dan
cuci piring, sementara itu mas T mandi dan bersiap ke kantor. Mbak R memandikan
anak-anak, mas T sarapan. Kemudian
ketika mas T berangkat kerja, otomatis semua tanggung jawab pekerjaan rumah ada
di tangan mbak R, menyapu, setrika baju, menyuapi anak-anak. Apalagi, mengurus tiga anak lelaki berumur 8,
5, dan 3 tahun tentu bukanlah hal mudah. Tapi mbak R tetap enjoy menjalani
hari-harinya. Menjelang sore, ketika anak-anak main di luar rumah, mbak R
mengepel lantai. Iseng saya bertanya, mengapa mengepel sore hari. Jawabnya, “kalo
pagi pasti cepat kotor lagi. Lagian kan sebentar lagi mas T pulang. Kasihan
kalo pulang kerja, capek, masih harus lihat rumah kotor dan berantakan”.
Ooowww.... so sweeeettt... :’)
Sepulang kerja sekitar pukul 5, mas T mandi dan menyempatkan bermain
dengan anak-anak sampai maghrib tiba. Kemudian mereka shalat berjamaah dan
mengajari anak-anak mengaji. Selanjutnya, anak-anak dibimbing untuk belajar
pelajaran di sekolah. Begitu seterusnya. Ini dia konsep rumah tangga yang saya
idam-idamkan. Simpel dan seimbang. Disini saya melihat “dunia lain” yang sangat
berbeda dengan dunia yang saya lihat selama ini. Urusan hak dan kewajiban tetap
saja berbeda antara suami dan istri. Tapi untuk urusan tanggung jawab, semuanya
sama. Saya suka sosok lelaki yang BISA
dan MAU membantu pekerjaan wanita. Itulah salah satu alasan mengapa saya suka
pacar saya (oops... out of topic nih!
Lanjuuuttt... :P ).
Pasuruan
Sebenarnya banyak sekali cerita di kota ini. Tapi, baiklah saya akan
memulainya dengan salah satu kisah yang (menurut saya) cukup menarik dan membukakan mata saya. Hari itu,
27 Juni 2012, hari kedua saya di Pasuruan. Pagi hari, saya dan tiga keponakan,
E, H, dan T sempat berjalan-jalan di Kebun Raya Pasuruan. Sepulang dari sana
sekitar pukul 17.30, kami sempat berencana nanti malam akan makan di alun-alun
karena pacarnya E ingin kenal dengan saya. Sekitar pukul 19.00 pacarnya E
datang. Namanya Hn. Rencana awal, saya akan berangkat bersama E dan Hn,
kemudian baru bertemu dengan H dan T di alun-alun. Tapi rencana tiba-tiba
berubah karena Hn INGIN PERGI BERDUA SAJA DENGAN E. Oke, saya mengalah. Tau lah
gimana rasanya mau berduaan ma pacar. Akhirnya E menelepon H dan bilang bahwa
rencana berubah. Lalu dengan tenangnya E dan Hn berangkat ke alun-alun duluan.
Kemudian sekitar pukul 20.00 H datang dan akhirnya saya dan H menyusul ke
alun-alun. Saya dan H menunggu di trotoar alun-alun. Beberapa kali saya
menelepon E, menanyakan lokasinya, tapi jawabnya selalu berbeda. “Lagi makan”, “lagi
beli jajanan”, “sebentar lagi aku kesitu”, dan seterusnya. Sampai akhirnya
pukul 21.00 saya menelepon E lagi dan ternyata DIA SUDAH PULANG KE RUMAH KARENA
TADI DI JALAN DIA BERTENGKAR DENGAN HN, PACARNYA.
AAAARRRGGGHHHH....
Jujur ya, saya jengkeeeellll banget sama E. Plis deh, ga menghargai
perasaan saya banget sih. Sebenernya saya juga capek. Tapi saya terima ajakan E
ke alun-alun karena katanya pacarnya, si Hn ingin kenal dengan saya. Lha
setelah saya datang ke alun-alun, malah dia pulang cuma karena alasan BERANTEM
SAMA PACARNYA!
!@#$%^&*()_+_)(*&^%$#@!!!!!!!!
Saya emosi banget tuh, saya jadi males pulang ke rumah. Males bertemu E.
Sakit hati rasanya. Yang jengkelnya lagi, si H cuma ketawa aja. Katanya si E
emang sering gitu. H tau persis gimana saya yang tiba-tiba jadi badmood. Akhirnya dia sms
teman-temannya, suruh dateng semua ke alun-alun. Satu persatu berdatanganlah
teman-temannya ke alun-alun. Sekitar sepuluhan orang. Anehnya, mereka pake
kostum yang sama, baju koko, sarung, dan peci! Ya walaupun ada yang pecinya
dicopot, sarungnya dikalungin, dll (esoknya baru saya tau kalo mereka semua
ternyata anak pondok). Mereka itu, orang-orang gila. Tapi sukses membuat saya
terpingkal-pingkal. Kami duduk di trotoar, kemudian H memesan berpiring-piring cilok yang saya bayar 25
ribu kemudian kami makan bersama. Gilaaaa... saya belum pernah seperti ini sebelumnya.
Lagi-lagi, saya menemukan “dunia lain”, dunia yang jauh berbeda dengan dunia
keseharian saya. Teman-temannya H itu sumpah lucu banget! Berbakat deh jadi
pelawak. Sampai akhirnya, H berkata pada saya, “udah malem ndut, masih jengkel
gak ma E? Kalo udah gak, pulang yuk”. Saya melirik jam tangan dan, WOW, jam
23.00! Tergolong malam bagi cewek rumahan macam saya. Teman-temannya H pun
seketika bubar saat saya dan H menuju motor yang terparkir. Lho? Saya bingung,
kemudian saya tanya pada H kenapa mereka juga bubar? H jawab, “mereka kan
dateng karena aku suruh menghibur kamu. Abis kamu jadi manyun terus gara-gara
jengkel ma E. Lha sekarang bisa senyum lagi kan, hehehe”. WOW... mereka dateng
buat menghibur saya, yang bukan siapa-siapa mereka. Bahkan baru saja kenal n
ketemu. Hebat. Senangnya punya teman seperti itu. Selalu ada disaat kita butuh,
senang ataupun sedih.
Walaupun saya tidak punya teman seperti itu, tapi setidaknya saya sempat
mengintip “ sisi lain” dari dunia mereka. Mungkin saya tidak akan cocok juga
hidup dalam dunia semacam itu. Tapi saya tahu, bahwa untuk bahagia itu gampang.
Buka hati, tersenyum, dan berbagilah dengan orang lain, bertemanlah dengan
siapa saja. So simple!
|
Ki-Ka: T, H, E, dan saya |
|
Saya dan H di Taman Bougenville Kebun Raya Pasuruan |