Kamis, 09 Agustus 2012

Kisah dari Timur: Dunia Lain

Cerita ini adalah salah satu kisah yang saya alami sewaktu saya berkunjung ke dua kota di Jawa bagian timur, yaitu Malang dan Pasuruan.

Malang

Salah satu kisah menarik yang saya temui di Malang tentang kerjasama dalam rumah tangga. Singkat cerita, mbak sepupu saya berumur sekitar 34 tahun. Sebut saja mbak R. Semasa lajang, mbak R itu cantik, sopan, lemah lembut, feminin, pintar, pandai bergaul, hmm... pokoknya tipe wanita idaman deh. Beneran! Saya dulu juga sempet ngefans sama dia. Sayangnya saya ga bisa sesempurna dia, hehe... Sebagai wanita yang mendekati sempurna, tentu banyak lelaki yang mengejarnya. Mbak R memang beberapa kali terlihat berganti pacar. Namun semuanya berubah ketika ia mulai menutup aurat dan mendalami Islam. Bahkan yang cukup mengejutkan keluarga, ia mau menikah dengan laki-laki yang bahkan baru dua kali ditemuinya. Bahasa kasarnya, mbak R nih sepertinya sudah tobat malang melintang di dunia percintaan, hehe. Dia menikah tahun 2004 ketika umurnya 26 tahun. Setelah itu dia punya anak dan berubahlah dia menjadi seorang ibu dan istri yang baik. Awalnya hanya itu yang saya tahu. Tapi setelah dua hari saya menginap di rumahnya, saya jadi tahu lebih banyak mengenai kehidupan pribadinya.

Ternyata selama ini dia tidak berjuang sendirian mengurus keluarganya. Ehm, mungkin bagi sebagian orang, hal ini terlihat biasa. Namun bagi saya yang tidak terbiasa melihat hal itu dalam keluarga, maka hal tersebut menjadi begitu mengena di hati. Apaan sih? Simpel, pembagian waktu dan tanggung jawab dalam rumah tangga. Pagi-pagi mbak R sibuk menyiapkan sarapan. Sang suami, mas T mencuci baju kotor. Tak lama kemudian, anak-anak mereka bangun dan kemudian menonton tv (kebetulan sedang libur sekolah). Setelah itu mbak R menyapu dan cuci piring, sementara itu mas T mandi dan bersiap ke kantor. Mbak R memandikan anak-anak, mas T sarapan.  Kemudian ketika mas T berangkat kerja, otomatis semua tanggung jawab pekerjaan rumah ada di tangan mbak R, menyapu, setrika baju, menyuapi anak-anak.  Apalagi, mengurus tiga anak lelaki berumur 8, 5, dan 3 tahun tentu bukanlah hal mudah. Tapi mbak R tetap enjoy menjalani hari-harinya. Menjelang sore, ketika anak-anak main di luar rumah, mbak R mengepel lantai. Iseng saya bertanya, mengapa mengepel sore hari. Jawabnya, “kalo pagi pasti cepat kotor lagi. Lagian kan sebentar lagi mas T pulang. Kasihan kalo pulang kerja, capek, masih harus lihat rumah kotor dan berantakan”. Ooowww.... so sweeeettt... :’)

Sepulang kerja sekitar pukul 5, mas T mandi dan menyempatkan bermain dengan anak-anak sampai maghrib tiba. Kemudian mereka shalat berjamaah dan mengajari anak-anak mengaji. Selanjutnya, anak-anak dibimbing untuk belajar pelajaran di sekolah. Begitu seterusnya. Ini dia konsep rumah tangga yang saya idam-idamkan. Simpel dan seimbang. Disini saya melihat “dunia lain” yang sangat berbeda dengan dunia yang saya lihat selama ini. Urusan hak dan kewajiban tetap saja berbeda antara suami dan istri. Tapi untuk urusan tanggung jawab, semuanya sama.  Saya suka sosok lelaki yang BISA dan MAU membantu pekerjaan wanita. Itulah salah satu alasan mengapa saya suka pacar saya (oops... out of topic nih! Lanjuuuttt... :P ).

Pasuruan

Sebenarnya banyak sekali cerita di kota ini. Tapi, baiklah saya akan memulainya dengan salah satu kisah yang (menurut saya) cukup menarik dan membukakan mata saya. Hari itu, 27 Juni 2012, hari kedua saya di Pasuruan. Pagi hari, saya dan tiga keponakan, E, H, dan T sempat berjalan-jalan di Kebun Raya Pasuruan. Sepulang dari sana sekitar pukul 17.30, kami sempat berencana nanti malam akan makan di alun-alun karena pacarnya E ingin kenal dengan saya. Sekitar pukul 19.00 pacarnya E datang. Namanya Hn. Rencana awal, saya akan berangkat bersama E dan Hn, kemudian baru bertemu dengan H dan T di alun-alun. Tapi rencana tiba-tiba berubah karena Hn INGIN PERGI BERDUA SAJA DENGAN E. Oke, saya mengalah. Tau lah gimana rasanya mau berduaan ma pacar. Akhirnya E menelepon H dan bilang bahwa rencana berubah. Lalu dengan tenangnya E dan Hn berangkat ke alun-alun duluan. Kemudian sekitar pukul 20.00 H datang dan akhirnya saya dan H menyusul ke alun-alun. Saya dan H menunggu di trotoar alun-alun. Beberapa kali saya menelepon E, menanyakan lokasinya, tapi jawabnya selalu berbeda. “Lagi makan”, “lagi beli jajanan”, “sebentar lagi aku kesitu”, dan seterusnya. Sampai akhirnya pukul 21.00 saya menelepon E lagi dan ternyata DIA SUDAH PULANG KE RUMAH KARENA TADI DI JALAN DIA BERTENGKAR DENGAN HN, PACARNYA.

AAAARRRGGGHHHH....

Jujur ya, saya jengkeeeellll banget sama E. Plis deh, ga menghargai perasaan saya banget sih. Sebenernya saya juga capek. Tapi saya terima ajakan E ke alun-alun karena katanya pacarnya, si Hn ingin kenal dengan saya. Lha setelah saya datang ke alun-alun, malah dia pulang cuma karena alasan BERANTEM SAMA PACARNYA!

!@#$%^&*()_+_)(*&^%$#@!!!!!!!!

Saya emosi banget tuh, saya jadi males pulang ke rumah. Males bertemu E. Sakit hati rasanya. Yang jengkelnya lagi, si H cuma ketawa aja. Katanya si E emang sering gitu. H tau persis gimana saya yang tiba-tiba jadi badmood. Akhirnya dia sms teman-temannya, suruh dateng semua ke alun-alun. Satu persatu berdatanganlah teman-temannya ke alun-alun. Sekitar sepuluhan orang. Anehnya, mereka pake kostum yang sama, baju koko, sarung, dan peci! Ya walaupun ada yang pecinya dicopot, sarungnya dikalungin, dll (esoknya baru saya tau kalo mereka semua ternyata anak pondok). Mereka itu, orang-orang gila. Tapi sukses membuat saya terpingkal-pingkal. Kami duduk di trotoar, kemudian H memesan berpiring-piring cilok yang saya bayar 25 ribu kemudian kami makan bersama. Gilaaaa... saya belum pernah seperti ini sebelumnya. Lagi-lagi, saya menemukan “dunia lain”, dunia yang jauh berbeda dengan dunia keseharian saya. Teman-temannya H itu sumpah lucu banget! Berbakat deh jadi pelawak. Sampai akhirnya, H berkata pada saya, “udah malem ndut, masih jengkel gak ma E? Kalo udah gak, pulang yuk”. Saya melirik jam tangan dan, WOW, jam 23.00! Tergolong malam bagi cewek rumahan macam saya. Teman-temannya H pun seketika bubar saat saya dan H menuju motor yang terparkir. Lho? Saya bingung, kemudian saya tanya pada H kenapa mereka juga bubar? H jawab, “mereka kan dateng karena aku suruh menghibur kamu. Abis kamu jadi manyun terus gara-gara jengkel ma E. Lha sekarang bisa senyum lagi kan, hehehe”. WOW... mereka dateng buat menghibur saya, yang bukan siapa-siapa mereka. Bahkan baru saja kenal n ketemu. Hebat. Senangnya punya teman seperti itu. Selalu ada disaat kita butuh, senang ataupun sedih.

Walaupun saya tidak punya teman seperti itu, tapi setidaknya saya sempat mengintip “ sisi lain” dari dunia mereka. Mungkin saya tidak akan cocok juga hidup dalam dunia semacam itu. Tapi saya tahu, bahwa untuk bahagia itu gampang. Buka hati, tersenyum, dan berbagilah dengan orang lain, bertemanlah dengan siapa saja. So simple!

Ki-Ka: T, H, E, dan saya

Saya dan H di Taman Bougenville Kebun Raya Pasuruan


Tidak ada komentar: