Sejak
dua minggu yang lalu kami, para mahasiswa pascasarjana UGM jurusan
Ilmu Linguistik, sudah diwanti-wanti untuk mempersiapkan diri
menghadiri seminar internasional dalam rangka merayakan ulang tahun
salah satu mahaguru kebanggaan kami Prof. Soepomo Poedjosoedarmo yang
ke-80.
Seminar
hari pertama, 5 Desember 2013 dibuka oleh acara seremonial seperti
sambutan ketua panitia Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. atau
sering dipanggil Pak Putu (aja). Selain itu ada juga sambutan dari
Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A.
Setelah gong dipukul, maka dimulai lah acara seminar ini. Seminar
sesi pertama diisi oleh 2 pemakalah super keren. Pemakalah pertama,
Prof. Stephanus Djawanai, Ph.D yang mempresentasikan makalah yang
berjudul Bahasa
Hominisasi dan Simbolisasi. Pemakalah
kedua yang gak kalah keren adalah Dr. Timothy McKinnon yang
mempresentasikan makalah dengan judul Malay
Morphology: How strange does it get?.
Mas Tim ini udah bule, masih muda, bahasa Indonesianya lancaaarrr
banget. Aduh mas, kesemsem aku sama kamuuu... >.< #salahfokus
Setelah
coffee
break
selama seperempat jam, seminar dilanjutkan lagi. Sesi kedua ini ada
enam pemakalah yang tampil. Ada yang mengagumkan karena nama
besarnya, ada yang biasa aja dan terkesan “kebanting” sama
pemakalah sebelumnya. Satu yang menarik perhatian saya, pemakalah
Truly Almendo Pasaribu yang mempresentasikan A
Cognitive Linguistics Analysis of Indonesian Love Metaphors.
Yaa... semua yang berhubungan dengan cinta pasti jadi menarik bukan?
Hehe. Diselingi Ishoma selama 45 menit, seminar lanjut lagi. Kali ini
ada enam pemakalah lagi yang tampil. Tapi saya lost
focus
selama sesi ini. Mungkin karena kekenyangan jadi ngantuk, mungkin
karena topiknya gak ada yang menarik perhatian saya, mungkin karena
pemakalahnya gak pandai mencuri perhatian audiens... entahlah. Lanjut
coffee break lagi selama seperempat jam dan Seminar sesi keempat,
sesi terakhir untuk hari ini. Ada enam lagi pemakalah yang tampil.
Ada dua yang menarik perhatian saya. Yang pertama, Ibu Siti Jamzaroh
dengan makalahnya yang berjudul Mengungkap
Tabir Nama Diri Masyarakat Banjar.
Kenapa menarik bagi saya? Karena agak nyerempet2 sama topik skripsi
saya dulu tentang nama diri. Tapi yaa... saya agak kecewa sih sama
presentasinya. Sepertinya materi kurang dipersiapkan dengan matang.
Pemakalah kedua yang menarik perhatian saya yaitu Yunus Sulistyono
yang mempresentasikan Perbandingan
Genetis dan Tipologis Bahasa Bunak Timor dan Abui.
Kenapa menarik bagi saya? Karena dia teman sekelas saya di kuliah...
*ya iyalaaaahhh* Akhirnya seminar hari pertama ditutup dengan makan
nasi goreng babat samping Bank Mandiri (kalo ini sih acara pribadi
saya sama larit :p)
Seminar
sesi pertama hari kedua dibuka dengan lima pemakalah. Entah kenapa
gak ada satupun yang menarik perhatian saya. Sekitar jam 10 pagi,
kami coffee break selama lima belas menit. Acara selanjutnya adalah
perayaan ulang tahun Prof. Pomo. Kami berdoa dan menyanyi bersama.
Saya sempat menitikkan air mata ketika salah satu murid beliau
menyanyikan sebait lirik yang dia ciptakan sendiri spesial untuk
Prof. Pomo. Kami yang berada di ruangan tersebut terharu sekali.
Kemudian pemotongan tumpeng. Potongan tumpeng yang pertama diberikan
kepada peserta seminar yang termuda. Ternyata dia adalah teman
sekelas saya di jurusan Ilmu Linguistik angkatan 2013 dan sama-sama
berasal dari Purworejo. Namanya Sahara Ramadhani, usianya baru 21
tahun. Setelah itu, bapak Tri Mastoyo menyerahkan kado berupa wayang
Begawan Abiyasa yang dibingkai cantik. Mengapa Begawan Abiyasa? Konon
katanya Begawan Abiyasa adalah guru para Pandawa. Saat Pandawa sedih
ataupun senang, biasanya datang ke Begawan Abiyasa. Begitu pula sosok
Prof. Soepomo Pudjosoedarmo yang merupakan “tempat berlabuh” dari
para juniornya. Setelah perayaan ulang tahun yang mengharu biru ini,
kami dipersilakan istirahan selama hampir 2 jam. Ini juga memberikan
kesempatan pada kaum laki-laki untuk menunaikan ibadah Shalat Jumat.
Acara
dimulai lagi pukul 1 siang dengan menghadirkan enam pemakalah lagi.
Mungkin karena kekenyangan, sayapun merasa mengantuk sekali. Apalagi
ruangan terlihat sepi karena banyak kursi yang tidak terisi. Entah
“kabur” kemana para peserta seminar. Pukul 14.30 kami coffee
break (lagi!). Selanjutnya, seminar sesi terakhir dibawakan oleh dua
pemakalah dahsyat, Prof. Dr. Bahren Umar Siregar yang membawakan
makalah berjudul Metafora
Bahasa Indonesia sebagai Penghela Ilmu Pengetahuan
dan Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. yang membawakan makalah
berjudul Gadjah
Mada Bercanda, Humor Dosen UGM: Sebuah Kajian Sosiopragmatik.
Menurut saya ini “gong” nya dari seminar hari kedua ini. Anehnya,
kursi-kursi penuh terisi seperti ketika pembukaan seminar. Acara
seminar ini ditutup sekitar pukul lima sore. Kami puas-puasin
foto-foto. Sayangnya foto saya bersama teman sekelas agak nge-blur.
Tapi gak papa, kenangan yang paling indah bukan tercetak pada
selembar gambar. Melainkan di sini, di hati dan memori kita.
Happy
Birthday, Prof! Semua doa terbaik telah terpanjatkan untukmu. Semoga
Allah SWT berkenan mengabulkannya, aamiin... ^___^
|
narsis saat coffee break |
|
perayaan ulang tahun |
|
apa ya yang dibicarakan Prof. Pomo dan Prof. Stephanus Djawanai? |
|
Saya dan Larit, mumpung ketemu... :) |