Selasa, 03 April 2012

Wiwit, Ritual Tradisional Sebelum Panen

Kisah ini terinspirasi dari dua besek (kotak tempat makanan dari anyaman bambu.red) berisi makanan2 yang tergeletak manis di atas meja makan. Ini adalah sego wiwit yang dikirimkan oleh dua orang tetangga yang (rencananya) besok akan melaksanakan ritual wiwit di sawah.

Tradisi wiwit adalah ritual yang dilakukan oleh para petani yang akan memanen padi di sawah. Sesuai kepercayaan masyarakat setempat, wiwit dilakukan sebagai bentuk rasa terima kasih kepada alam yang telah memberikan hasil panen yang melimpah. Selain itu, tradisi ini juga dilakukan untuk menghormati Dewi Sri, sang Dewi Padi.

Pada zaman dahulu, wiwit dilakukan dengan membawa makanan dan sesaji di dalam tampah atau tenong ke sawah yang sudah siap di panen. Makanan yang tersaji pada umumnya nasi putih yang dibentuk tumpeng, sayur kluwih, urap atau kluban, pelas, telur, tempe tahu goreng, rese (ikan asin) dan peyek. Sebagai penolak bala, di atas tumpeng nasi diletakkan bawang merah dan cabai yang ditusuk dengan lidi. Pembawa sego wiwit biasanya diikuti oleh anak-anak di belakangnya.


Sampai di tengah sawah, sego wiwit diletakkan, kemudian dukun atau sesepuh desa akan membakar kemenyan dan membacakan doa2 sebagai awal dari dimulainya ritual wiwit. Setelah itu, pemilik sawah akan memotong beberapa batang padi untuk selanjutnya dibawa pulang ke rumah dan disimpan di gedong kapetengan (lumbung padi) dengan tujuan agar padi di lumbung tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan hingga masa panen berikutnya tiba. Selanjutnya nasi dan perlengkapannya dibungkus dengan daun pisang, kemudian diletakkan di pojok-pojok sawah.

Setelah ritual itu berlangsung, makanan yang ada di tampah akan dibagikan kepada anak-anak yang ikut melihat ritual wiwit tersebut. Demikian dapat dikatakan bahwa ritual wiwit telah dilaksanakan dan pemilik sawah dapat mulai memanen padi milik mereka.

Namun sayangnya, pada saat ini, ritual wiwit yang dilakukan tidak se-komplit yang saya ceritakan di atas. Pada umumnya, saat ini para petani di desa saya masih melaksanakan ritual wiwit, namun mereka hanya memasak di rumah sebagai "syarat" sebelum memanen. Mereka tidak lagi membawa sego wiwit tersebut ke sawah. Mereka hanya membagi-bagikan sego wiwit tersebut kepada tetangga sekitar.

.

Tidak ada komentar: